Desa Daun, Bawean: Asal Usul dan Terbentuknya POKMASWAS Hijau Daun dalam Upaya Pelestarian Alam di Pulau Bawean

2021 Citizen Report

Desa Daun, pada awalnya bernama Dawaun, berasal dari Bahasa Arab yang berarti obat. Hal tersebut dikarenakan di desa ini banyak tabib, dengan berbagai macam tanaman untuk pengobatan. Seiring berjalannya waktu, masyarakat sekitar sulit mengucapkan kata dawaun itu sendiri sehingga lama-kelamaan pengucapannya berubah menjadi “daun”.

Desa daun merupakan desa yang dikaruniai tanah yang subur, sehingga di desa ini banyak ditemukan berbagai macam tumbuhan. Banyak pohon besar yang ditemukan di desa daun,sisa bongkahan batang kayu yang ada disini adalah bukti bahwa desa daun dahulu nya mempunyai pohon-pohon yang besar dan rindang. Selain itu desa daun juga dikaruniai hamparan pesisir yang luas dan kaya akan tumbuhan bakau. Luas lahan bakau di Desa Daun mencapai sekitar 15 Hektar. Terdapat 8 jenis tumbuhan bakau yang sudah diketahui dan masih ada beberapa yang belum diketahui jenisnya.

Masyarakat desa daun banyak yang memanfaatkan pohon bakau karena pada saat itu kondisi hutan masih sangat lebat dan besar. Masyarakat memanfaatkannya sebagai kayu bakar, alat pertanian, hiasan rumah, dan kayunya dijual untuk menambah kebutuhan ekonomi mereka.Akibat dari pemanfaatan yang berlebihan, hutan bakau menjadi hampir habis. Dengan kondisi tersebut menyebabkan kerusakan lingkungan terutama terjadinya abrasi pantai. Berawal dari tahun 1998 tanda-tanda abrasi mulai muncul, kemudian pada tahun 2004 abrasi menyebabkan sekitar 43 hektar lahan sawah para petani terendam air laut sehingga tidak bisa dikelola. Selain itu masyarakat juga melakukan kegiatan penangkapan ikan di sekitar perairan hutan bakau dengan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti potasium dan obat-obat berbahaya lainnya.

Kondisi hutan mangrove Desa Daun, dokumentasi oleh Boyan Sea.

Abrasi pantai pada tahun 1998 menyebabkan masyarakat desa daun mulai resah. Dari kejadian tersebut memicu beberapa tokoh masyarakat untuk menyadarkan masyarakat melestarikan kembali pesisir pantai. Beberapa tokoh tersebut melakukan gerakan untuk mengatasi masalah yang terjadi. Diantaranya adalah pelarangan penebangan pohon bakau, menjaga hutan bakau yang masih tersisa,  dan melakukan penanaman kembali yang dibantu oleh masyarakat.

Meskipun sudah ada pelarangan penebangan pohon bakau,masih ada masyarakat yang melakukan penebangan secara diam-diam. Oleh karena itu pada tahun 2008 terbentuklahkomunitas pemuda yang belum memiliki nama untuk menjaga hutan bakau. Kemudian pada tahun 2013 secara resmi komunitas tersebut dibentuk oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur dan diberi nama Pokmaswas (Kelompok Masyarakat Pengawas) Hijau Daun yang di dukung penuh oleh kepala desa beserta aparatnya dan tokoh masyarakat.

Kegiatan pelestarian lingkungan laut Desa Daun yang melibatkan komponen pelajar. Dokumentasi oleh Boyan Sea

Pokmaswas hijau daun banyak melakukan kegiatan dalam melestarikan alam. Beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah melakukan penanaman pohon bakau,edukasi kepada masyarakat sekitar serta anak-anak sekolah,pembersihan sekitar area pohon bakau, dan sosialisasi kepada nelayan untuk tidak menggunakan bahan berbahaya dalam melakukan penangkapan ikan. Kelompok ini juga berusaha kreatif untuk mengembangkan potensi daerahnya. Berkat kekompakan dan kekreatifan dalam kegiatan yang dilakukan, pada tahun 2017 kelompok ini dinilai layak untuk mengikuti lomba dibidang pelestarian sumberdaya perairan. Akhirnya kelompok ini memberanikan diri mewakili Kabupaten Gresik untuk mengikuti lomba tingkat provinsi. Hasil dari kerja keras kelompok selama ini telah membuahkan hasil dalam lomba tersebut dengan mendapat Juara 1 tingkat Provinsi Jawa Timur yang diadakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur.

Tanpa disangka alam yang  dijaga telah membuahkan hasil yang bisa dikenal oleh masyarakat sehingga menjadi salah satu ekowisata yang berbasis masyarakat ini di senangi oleh wisatawan baik dalam maupun luar Pulau Bawean. Kami sadar bahwa apa yang kami lakukan selama ini  tidak akan mengembalikan alam seperti semula, tapi paling tidak apa yang telah kami lakukan bisa mengurangi kerusakan alam dan lingkungan yang terjadi. Pokmaswas Hijau Daun hingga saat ini semakin berkembang. Apa yang telahdicapai oleh kelompok ini tidak lepas dari dukungan masyarakat dan instansi yang terkait terutama kepala desa beserta aparat dan tokoh masyarakat, DKP Provinsi Jawa Timur, DKP Kabupaten Gresik, dan PT. PJB UP Gresik. Oleh karena itu dari pokmaswas hijau daun menyampaikan ribuan terimakasih atas semua pihak yang berkonstribusi dalam melestarikan pesisir pantai dan laut desa daun sehingga menjadi ekowisata yang berkelanjutan. Semoga kegiatan kelompok ini menjadi motivasi kepada semua masyarakat betapa pentingnya menjaga kelestarian alam dan lingkungan.

SEBAIK-BAIKNYA MANUSIA ADALAH MANUSIA YANG BISA BERMANFAAT BAGI SESAMA DAN LINGKUNGAN SEKITARNYA TAK PEDULI SEBERAPA BESARNYA, ALAM AKAN TERUS MEMBERI PERLINDUNGAN SELAMA KITA TETAP MERAWATNYA

POKMASWAS Hijau Daun

Remarks

Boyan Sea adalah pegiat lingkungan sekaligus penyedia jasa wisata yang berbasis di Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur. Boyan Sea bekerjasama dengan masyarakat sekitar Pulau Bawean, khususnya Desa Daun didalam memberikan pengalaman wisata dan edukasi yang sangat menarik bagi anda. Kunjungi website resmi mereka untuk mengenal lebih dekat.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *