29 Juli 2021 adalah Hari Dimana Umat Manusia “Berhutang” kepada Bumi

2021 Essay

Pada 29 Juli 2021, umat manusia telah mencapai taraf penggunaan sumberdaya alam lebih yang lebih tinggi daripada kemampuan sumberdaya alam tersebut untuk beregenerasi. Ini artinya, selama sisa tahun ini, kita sedang hidup dengan “meminjam” sumberdaya alam yang seharusnya dimanfaatkan untuk generasi mendatang. Tanggal ini, oleh para pemerhati lingkungan disebut dengan Earth Overshoot Day (Id: Hari Melampaui Batas). Hari Melampaui Batas merupakan salah satu cara untuk memberikan peringatan bagi umat manusia, bahwa bumi yang mereka tinggali memiliki sumberdaya alam yang terbatas. Di sisi lain, populasi umat manusia saat ini sendiri telah bertambah sebanyak dua kali lipat jika dibandingkan dengan populasi umat manusia di tahun 1970. Pertumbuhan populasi yang kian tinggi ini juga berdampak terhadap kebutuhan akan makanan, air, dan energi yang semakin berlipat ganda. Sementara itu, bumi kita memiliki kemampuan yang terbatas untuk menyediakan dan memitigasi dampak yang dihasilkan oleh aktivitas manusia di seluruh penjuru bumi.

Bagaimana tanggal tersebut dihitung? Tanggal tersebut dihitung berdasarkan seberapa besar dampak ekologi yang disebabkan oleh umat manusia dalam satu tahun dibagi dengan seberapa besar kemampuan bumi di dalam menopang aktivitas manusia, dan dikali dengan 365 hari. Oke, mungkin ini sedikit teknis. Maka untuk menyederhanakannya, bayangkan anda mempunyai tempat penampungan sampah dengan kapasitas yang terbatas di rumah anda yang akan diambil oleh petugas kebersihan setiap jam 12 malam untuk dikosongkan. Namun anda sebagai pemilik rumah tidak menyadari bahwa kapasitas tempat penampungan sampah anda terbatas, dan terus menerus membuang sampah hingga anda akhirnya sadar bahwa tempat penampungan sampah anda telah penuh pada jam 12 siang! Anda bingung, sampah ini harus dikemanakan. Sementara selama 12 jam kedepan, anda juga masih terus menerus menghasilkan sampah. Singkat kata setelah jam 12 malam, tempat penampungan sampah anda kosong, dan anda harus membuang sampah yang anda tampung sebelumnya ke dalam tempat penampungan sampah tersebut. Alhasil, tempat penampungan sampah tersebut memiliki kapasitas yang lebih sedikit dari hari sebelumnya, karena telah terisi dengan sampah yang tidak sempat anda buang pada hari sebelumnya. Jika kondisi ini berlanjut terus menerus, bukankah lama – lama rumah anda menjadi penuh dengan sampah?

Bukan Hutan Amazon, hanya hutan mangrove di Selat Sempu.

Lantas, bagaimana cara mengatasinya? Solusi yang masuk akal diantaranya adalah meningkatkan kapasitas tempat penampungan sampah anda, atau mengatur bagaimana cara anda membuang sampah. Semudah itu? Coba kita lihat dulu kenyataanya. Hutan semenjak dulu kita gadang – gadang sebagai kawasan yang mampu menyerap karbon di udara dengan baik, namun satu hal yang perlu kita ketahui bahwa hutan juga memiliki kapasitas tertentu untuk dapat menetralkan karbon yang ada di atmosfer. Bahkan, berita terbaru menyatakan bahhwa Hutan Tropis Amazon kini telah melepaskan lebih banyak karbon ke udara daripada karbon yang dapat ia serap. Beberapa aktivitas seperti penebangan liar dan pembakaran hutan merupakan beberapa faktor pendorong yang memotong kemampuan hutan amazon untuk menyerap karbon yang ada di atmosfer. Sementara itu, di sisi dunia lain, meningkatnya suhu bumi berdampak kepada semakin cepatnya es di kedua kutub bumi untuk mencair. Es yang mencair ini ternyata juga melepaskan karbon dan metana yang telah tertimbun di dalam lapisan es tersebut, sehingga sekarang, bahkan kawasan kutub yang hampir tidak berpenghuni juga menyumbang emisi karbon ke atmosfer kita. Jika kita bicara tentang peningkatan kapasitas sebagai solusi, bukankah hal tersebut menjadi ironi sebab saat ini, kita sedang beramai – ramai memangkas kapasitas planet bumi hanya untuk memenuhi hajat hidup kita untuk saat ini?

Sekarang mari kita beralih ke bagaimana cara kita “membuang sampah”, dan tidak ada penggambaran yang lebih bagus untuk hal ini selain Food Waste. Food Waste adalah sebutan bagi makanan atau bahan makanan layak makan yang terbuang begitu saja tanpa termanfaatkan. Masalah konyol ini mungkin sangat bertolak belakang dengan kenyataan bahwa selama pandemi, banyak keluarga yang tidak mendapat akses terhadap bahan makanan secara layak. Bahkan, data menunjukkan, selama pandemi, satu dari empat keluarga di Amerika Serikat mengalami krisis bahan makanan. Di sisi lain, pada tahun 2020, Amerika Serikat membuang sekitar empat juta ton bahan makanan layak makan senilai kurang lebih $1600. Bahkan di Norwegia, seorang perambah tempat sampah menemukan sekitar 700 butir telur dan 157 paket bacon yang setara dengan lima ekor babi utuh! Secara global, food waste menyumbang sekitar 6,7% dari total emisi karbon yang dihasilkan oleh manusia. Jika diperingkatkan, emisi yang dihasilkan oleh food waste menyumbang emisi lebih tinggi daripada seluruh emisi yang dihasilkan oleh Negara India (6,4%) dan Russia (4,9%). Terlebih jauh lagi, apabila lahan yang digunakan untuk memproduksi makanan yang terbuang tersebut dipetakan, maka lahan tersebut akan mencakup dua pertiga luas Benua Amerika Utara. Luasan ini mencakup keseluruhan Amerika Tengah, Amerika Serikat, dan sebagian kecil dari negara Kanada.

Masalah ini sebenarnya didasari oleh hal sepele, yakni label bertuliskan “Best Before” pada kemasan makanan yang seringkali kita anggap sebagai tanggal kedaluwarsa. Kita anggap bahwa jika sudah melebihi tanggal tersebut, makanan atau minuman tersebut tidak dapat dimakan. Padahal, tanggal tersebut hanya menandakan puncak ketahanan rasa dari produk tersebut, dimana setelah tanggal tersebut, rasa dari produk tersebut akan berkurang perlahan, namun produk tersebut dapat tetap dimakan dengan aman. Perlu kita ketahui, emisi karbon dari proses produksi daging yang dimakan manusia itu sendiri menyumbang sekitar 14% emisi karbon yang hampir setingkat dengan emisi karbon yang dihasilkan oleh semua aktivitas transportasi darat, laut, dan udara yang dilaksanakan oleh umat manusia dalam satu tahun. Sederhananya, sepiring daging sapi yang disajikan di depan anda, mengeluarkan emisi yang setara dengan mengendarai mobil sejauh hampir lima kilometer. Emisi karbon ini dihasilkan melalui proses pembukaan lahan, penyediaan makanan, limbah buangan, hingga menuju rantai proses dan distribusi yang diperlukan untuk menyajikan satu piring daging sapi kepada anda.

Jadi, jika kita bicara tentang bagaimana cara kita “membuang sampah”, kita juga sedang terjebak di dalam paradoks yang membingungkan. Kita membutuhkan makanan, dan disaat yang sama kita membuang – buang makanan. Dari sini, jika cara kita memanajemen kebutuhan yang paling pokok saja sudah bermasalah, apalagi jika kita bahas hasil buangan manusia dari produk sekunder atau bahkan tersier?

Solusi? Selamat… Saya tidak akan memberikan solusi kepada anda. Semua solusi yang anda butuhkan ada di media online, dapat diakses pada gawai yang anda pegang saat ini. PBB sudah mencanangkan Sustainable Development Goals yang bisa anda cek dan lihat cara penerapannya. Pola perilaku kita yang semakin konsumtif belakangan ini semakin menjauhkan kita pada solusi untuk menyelesaikan semua masalah ini. Coba bayangkan, Ecological Footprints yang dihasilkan oleh satu orang Amerika Serikat pada tahun 2017 sebesar 8.6 global hectare, sementara biokapasitas bumi pada tahun 2017 adalah sebesar 1.6 global hectare. Jadi, jika semua orang di dunia, termasuk anda, meniru gaya hidup orang Amerika Serikat, maka kita butuh sekitar 5 bumi lagi untuk menopang gaya hidup kita. Selamat, saat ini kita sepertinya tau seberapa besar hutang yang kita tinggalkan bagi kelangsungan hidup kita.

Sepetak lahan di kaki gunung dengan pemandangan kota di kejauhan. Bukan tidak mungkin pada satu waktu yang dekat, lahan ini juga akan menjadi bagian dari ramainya kota tersebut

Oke, sengaja saya simpan yang satu ini di akhir, supaya kita tidak pede sedari awal. Jika Hari Melampaui Batas setiap negara – negara di dunia di-ranking, Qatar merupakan negara yang telah berhutang semenjak tanggal 9 Februari 2021, negara maju seperi Amerika Serikat sudah berhutang semenjak 14 Maret 2021, Australia semenjak 22 Maret 2021, dan Singapore semenjak 10 April 2021. Indonesia, di sisi lain, baru akan berhutang pada tanggal 18 Desember 2021. Faktanya, Indonesia menduduki posisi 2 paling bawah, setelah Sao Tome dan Principe yang baru akan berhutang pada tanggal 27 Desember 2021. Good Job Indonesia! Tapi simpan dulu budaya overproud kita! Kita lihat apakah di tahun depan kita bisa melakukan yang lebih baik, sementara di penjuru negeri hutan – hutan terus dibabat untuk menumbuhkan sawit dan pembukaan tambang, kemudahan akses membuat kita semakin bergantung pada kendaraan pribadi dalam bepergian, dan urbanisasi yang semakin meningkatkan kebutuhan energi dan mendorong pola perilaku hidup yang semakin konsumtif. Kita sepatutnya hati – hati.

Di sisi lain dunia, China telah berhasil menghijaukan bagian utara negaranya yang sebagian besar tertutup oleh gurun pasir suatu usaha yang oleh pemerhati lingkungan diberi nama “The Great Green Wall of China”. Hingga saat ini, China berhasil meningkatkan tutupan hutan dari 5% hingga 15% di bagian utara negaranya, dan berencana akan menghijaukan hingga 88 juta are di tahun 2050. Di Afrika, usaha ini lebih masif, sekitar 11 negara yang membentang dari Senegal di Pantai Barat hingga Djibouti di Pantai Timur Afrika, bahu membahu untuk menanam pohon untuk melindungi negara mereka dari kerasnya Sahara. Usaha ini, selain dinilai mampu menghalau perluasan gurun sahara, juga ternyata mampu menyediakan air bersih dan penghidupan bagi suku –suku lokal di Afrika. Bahkan Jepang, yang kebingungan mencari lahan untuk ditanami, akhirnya mengalihkan programnya ke Indonesia melalui JICA. Dimana Pemerintah Jepang memberikan pendanaan untuk penanaman mangrove di banyak lokasi di Indonesia karena rasa tanggung jawab mereka telah “menyumbang” emisi karbon ke atmosfer bumi. Oke Indonesia, bahkan kita juga dibantu negara asing yang paham betul bagaimana pentingnya posisi lingkungan Indonesia untuk mengerem emisi karbon global. Bagamana? Masih belum mau melakukan perubahan?


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *